Dusun Janglot

Asal-Usul Nama Dusun

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam mattis lacus neque, in convallis libero vestibulum ac. Curabitur porta tristique diam, vel condimentum elit eleifend sit amet. Donec accumsan arcu lobortis arcu aliquet, sit amet sollicitudin erat commodo. Morbi commodo orci in tellus iaculis, a feugiat orci semper. Maecenas pharetra sapien at ipsum pharetra, iaculis tempor turpis laoreet. Etiam vel nunc sit amet odio finibus volutpat id nec enim. Vestibulum accumsan, ex ut mattis dictum, neque arcu iaculis diam, ut mattis risus mi non velit. In hac habitasse platea dictumst. Aenean accumsan orci quis metus sollicitudin, non eleifend leo ullamcorper. Pellentesque pulvinar odio nibh, nec accumsan turpis euismod vel. Curabitur tempus egestas rutrum.

Kepercayaan Petilasan Pohon

Pada Dusun Janglot, terdapat sebuah kepercayaan dan kebudayaan di masyarakat mengenai petilasan pohon yang disebut danyangan, identik dengan pohon besar yang memiliki mata air. Mengutip dari Merdeka.com, Danyang adalah konsep dalam budaya Jawa yang merujuk pada roh halus atau entitas spiritual yang melindungi suatu tempat, seperti pohon, gunung, mata air, dan desa. Dalam bahasa Jawa, danyang disebut dhanyang dan diyakini sebagai perwujudan dari leluhur atau tokoh pendiri desa yang telah meninggal. Danyang tidak bersifat mengganggu, melainkan berfungsi sebagai pelindung dan pengawas kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Warga Dusun Janglot bercerita bahwa pohon tersebut telah ada sejak nenek moyang, yang pada awal mulanya dianggap sebagai pelindung untuk menutupi Dusun Janglot dari ancaman penjajahan di masa lalu serta sebagai penunggu sumber mata air. Saat ini, masyarakat lebih memandang danyangan sebagai sebuah peninggalan masa lalu yang perlu dijaga kelestariannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya tradisi unik yang diadakan setiap tahun setelah masa panen padi, yaitu kegiatan bersih-bersih desa.

Biasanya, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat Pon, dengan rangkaian acara yang meliputi kerja bakti warga satu dusun untuk membersihkan lingkungan di sekitar petilasan pohon danyangan. Setelah itu, dilanjutkan dengan doa bersama dan makan bersama warga dusun. Kegiatan ini umumnya berlangsung dari pagi hingga malam hari.

Menurut penuturan warga, bersih desa juga dianggap sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Kegiatan ini sering disebut sebagai kenduren atau pesta masyarakat. Di Dusun Janglot, kegiatan bersih-bersih desa didanai dari iuran warga sebesar Rp20.000 per kepala rumah. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli daging sapi, yang diolah dengan bumbu-bumbu yang dibawa oleh masing-masing warga. Selain itu, pembuatan sayur juga menggunakan kelapa hasil kebun warga, menambah kekhasan dan keunikan hidangan yang disajikan.